Jum'at, 09-Juni-2006
Penulis: Asy Syaikh Salim Al Hilali
--------------------------------------------------------------------------------
Ketika kita memperhatikan kata-kata wahyu dari Al Qur'an dan Sunnah, kita melihat bahwa realita ummat Islam terlingkupi dengan huruf-huruf yang jelas. Tidak samar bagi orang yang melihat hakikat urusan ini yang tidak tertipu dengan fatamorgana yang muncul tapi sirna bahwa penyakit Wahn telah menggerogoti urat-urat ummat ini.
Reatita ini telah ada isyarat kepadanya, peringatan jelas tanpa samar tentangnya. Jelas tanpa kekaburan. Terang tanpa terselubung kabut yang bisa rnengganggu pandangan.
Itu dalam hadits dari Tsauban radhiyallahu 'anhu maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya. "
Salah seorang sahabat berkata; "Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?”
Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa' (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn. "
Kata para sahabat: "Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?
Beliau bersabda: "Cinta dunia dan takut mati. "
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278, Abu Nu'aim dalam At Hilyah l /182 dengan dua jalan dan dengan keduanya hadits ini menjadi shohih)
Hadits ini yang menceritakan ape wahn itu menunjukkan keadaan ummat Islam.
Pertama: Musuh-musuh Allah dari kalangan tentara Iblis serta pendukung syaithan selalu memata-matai perkembangan ummat Islam serta negara mereka. Karena mereka telah melihat penyakit wahn ini telah merasuki kaum musiimin. Penyakit ini telah menyembelih leher-leher ummat Islam. Maka mereka menerkamnya dan masih menyembunyikan sisanya.
Kaum kuffar dan musyrikin ahlul kitab selalu melakukan hal demikian sejak munculnya fajar is¬lam. Itu terjadi ketika daulah Islam yang murni yang ditanamkan pondasinya dan dikokohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah dan sekitarnya.
Ini ditegaskan dalam hadits yang menceritakan tiga orang yang sengaja tidak ikut berperang (HR Bukhari Muslim), sebagaimana dikatakan oleh Ka'ab bin Malik radhiyallahu 'anhu: "...Ketika aku berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba ada seorang petani dari petani-petani negeri Syam yang membawa makanan untuk dijual di Madinah
berkata: Siapa yang bisa menunjukkan Ka'ab bin Malik kepadaku? Maka orang-orang menunjukinya, maka dia datangi aku kemudian menyerahkan kepadaku sebuah surat dari raja Ghassan. Dan saya adalah seorang terpelajar, maka aku baca ternyata didalamnya tertulis: Amma ba'du, telah sampai kepada kami berita bahwa teman-temanmu bersikap keras kepadamu. Dan Allah tidak akan membiarkanmu berada di negeri yang penuh dengan kehinaan dan kesempitan, maka datanglah dan bergabunglah dengan kami, kami akan menampungmu."
Perhatikan, wahai muslim yang cerdas dan coba renungkan, wahai saudara terkasih, bagaimana orang-orang kafir selalu mengawasi berita-berita daulah Islam. Bila ada kesempatan, mereka akan menerkamnya dari segala penjuru. Itu juga dijelaskan dengan:
Kedua: Sesungguhnya ummat-ummat kafir saling membantu dan bergabung untuk menyerang Islam, daulahnya, pemeluknya dan para da'inya.
Siapa yang membaca sejarah perang Salib, akan tahu bagaimana peristiwa itu. Yang mana Bani Ashfar mempersiapkan pasukannya untuk membinasakan daulah khilafah. Akan jelas hal ini seperti jelasnya cahaya matahari ditengah teriknya siang.
Dan hingga sempurna bagi mereka hal itu, maka mereka membuat "Kelompok", kemudian 'Badan orgainisasi", kemudian "dewan", kemudian "Organisasi dunia", dengan itu mereka membakarnya semangat mereka dengan slogan-slo¬gan. Juga:
Ketiga: Negeri-negeri Islam adalah sumber-¬sumber kebaikan dan berkah. Maka ummat-ummat kafir ingin menguasainya. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakannya dengan makanan baik yang membuat berselera para menyantapnya, maka mereka menyerbunya, setiap penyerbu ingin mendapat bagian seperti bagian singa.
Ke empat: Orang-orang kafir membuat negeri-¬negeri Islam menjadi berkelompok terpecah dan terpisah-pisah, sebagaimana datam hadits Abdullah bin Hawalah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Nanti kalian akan menjadi pasukan yang berkelompok¬kelompok. Satu kelompok di Syam, satu kelompok di Iraq, dan satu kelompok di Yaman." kata sahabat: Berilah pilihan, wahai Rasulullah. Maka beliau bersabda: "Pilihlah yang di Syam, siapa yang enggan, maka yang di Yaman. Dan hendaklah dia minum dari airnya, karena Allah menjaminkan untukku negeri Syam dan penduduknya. "
Rabi'ah berkata: Aku mendengar Idris Al Khaulani menyampaikan hadits ini dan berkata: "Dan siapa yang dijamin Allah tidak akan tersia-sia."
Bukankah ini realita ummat Islam?! Mereka menjadi negara-negara yang terpisah. Tidak punya wibawa.Tidak bisa berkuasa mengurus dalam dan luar negerinya dengan merdeka. Semuanya diatur oleh or¬ang kafir. Hanya Allah yang kita minta pertolongannya dan kepadanya kita bertawakkal.
Ke enam: Kini, orang kafir tidak segan lagi kepada kaum muslimin, karena mereka (kaum muslimin) sudah kehilangan wibawanya dihadapan umrnat-ummat lainnya. Yang mana dulu wibawa itu membuat gemetar lutut dan sendi-sendi orang kafir dan pasukan Iblis. Itu karena senjata penghancur milik kaum muslimin tidak lagi ditakuti oleh orang kafir.
Allah berfirman:
"Akan Kami lemparkan dalam hati orang-orang kafir¬ rasa takut akibat mereka menyekutukan Allah. " (Ali Imran: 151)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
"Aku ditolong Allah dengan musuh mengalami rasa takut, padahal aku masih sebulan perjalanan kesana. "
Ke tujuh: Unsur-unsur kekuatan ummat Is¬lam bukan pada banyaknya jumlah dan kekuatannya, pasukan kavalerinya dan kesombongannya, pasukan infantrinya dan para komandannya, tapi pada aqidahnya dan manhajnya. Karena ummat ini adalah ummat tauhid dan pengusung panji-panji tauhid.
Apakah engkau tidak dengar sabda Rasulutlah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang jumlah: "Bahkan kalian ketika itu banyak !" ?
Perhatikan pelajaran dari perang Hunain, akan engkau dapati dia menjadi contoh disetiap masa.
"Dan hari Hunain ketika kalian merasa takjub dengan jumlah kalian yang banyak, tapi itu tidak berguna bagi kalian sedikitpun. " (QS At Taubah:26)
Ke delapan: Posisi ummat Islam ticlak dipertimbangkan sedikitpun diantara ummat¬ummat dimuka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Akan tetapi kalian bagai buih, seperti buih banjir."
Sabda ini memberikan beberapa hal:
a. Buih yang mengalir membawa banyak kotoran bersamanya. Begini juga ummat Islam, berjalan bersama kotoran ummat Kafir
b. Banjir membawa buih yang tidak bermanfaat bagi manusia. Begitu juga ummat Is¬lam, tidak melaksanakan perannya dihadapan ummat-ummat lain, yaitu Amar Ma'ruf dan Nahyi Mungkar.
c. Buih akan segera sirna. Dan karena itu Allah akan mengganti siapa yang berpaling dan mengokohkan kelompok yang bermanfaat bagi manusia di muka bumi.
d. Buih yang dibawa banjir tercampur dengan kotoran tanah. Begitu juga pemikiran mayoritas ummat Islam telah terkontaminasi dengan sampah filsafat dan budaya yang rusak.
e. Buih yang dibawa oleh banjir tidak tahu akan berakhir dimana karena dia berjalan bukan atas keinginannya. Dia seperti orang yang menggali kuburnya dengan kukunya. Begitu juga ummat Is¬lam, tidak tahu apa yang sedang direncakan musuh¬-musuhnya atas diri mereka. Ironisnya, mereka masih saja membebek dan mengikuti mana yang lebih keras gaungnya dan bersikap bagai pucuk Erau yang bergerak kemana angin meniupnya.
Ke sembilan: Ummat Islam menjadikan dunia sebagai target utamanya. Tujuan ilmunya. Oleh karena itulah mereka menjadi takut mati. Cinta dunia karena mereka meramaikan dunia hingga lupa kepada kampung akhirat.
Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan hal ini menimpa ummatnya.
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Bila ditaklukkan Persia dan Romawi, di kaum mana kalian? Abdurrahman bin Auf berkata: Kami akan berposisi seperti yang Allah perintahkan kami (yaitu akan memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya dan meminta tambahan dari nikmat-Nya. Lihat An Nawawi 18/96),
Kata beliau: Jangan sampai selain itu, yaitu kalian akan saling berlomba-lomba, kemudion saling mendengki, kemudian saling membelakangi,kemudian saling membenci -atau yang sejenisnya ¬kemudian kalian berjalan dihadapan muhajirin yang miskin dan sebagian kalian memakan sebagian. "(HR Muslim no_ 2962)
Oleh karena ketika ditaktukkan perbendaharaan Persia, Umar bin At Khaththab radhiyallahu 'anhu menangis dan berkata: "Sesungguhnya harta ini jika dibukakan kepada sebuah ummat, Allah jadikan permusuhan diantara mereka."
Ke sepuluh: Ummat-ummat kafir tidak akan bisa menghabiskan ummat Islam, walau mereka bersatu untuk itu dari segala penjuru -dan mereka memang sudah bersatu-, sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam hadits Tsauban radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah melipat bumi ini bagiku, maka aku melihat bagian timur dan baratnya. Dan ummatku akan sampai kekuasaan mereka seperti yang ditunjukkan kepadaku. Aku juga diberi perbendaharan merah dan putih (emas dan perak yang itu adalah harta benda kerajaan Persia dan Rumawi) dan aku meminta kepada Allah untuk ummatku agar tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun yang membinasakan mereka. Dan agar jangan sampai mereka dikuasai musuh selain diri mereka sendiri hingga akan dihancurkan mereka hingga akar-akarnya. Dan Alla telah berfirman :
Wahai Muhammad, Sesungguhnya Aku bila menetapkan suatu ketetapan, maka itu tidak bisaditolak. Aku memberikan bagi ummatmu untuk tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun.
Dan Aku tidak jadikan berkuasa mereka stu musuhpun selain diri sendiri yang akan menyerang mereka sendiri walau musuhnya sudah bersatu dari berbagai penjuru. Hingga diantara mereka sendiri yang saling menghacurkan satu dengan lainnya (HR Muslim no. 2889)
Maka apa yang bisa membuat sebuah pohon yang kokoh yang akarnya menancap ke bumi dan cabangnya mencakar ke langit menjadi sia-sia?!
Sumber : Buletin Dakwah Al Minhaj Edisi VI/Th.I
Comments :
Posting Komentar